Like A Star 2B

 

Gadis itu terlihat termenung, terduduk di atas ranjangnya, menatap pemandangan dibalik jendela besar kamarnya. Ingatannya masih berputar ke kejadian beberapa jam yang lalu, saat dengan lancanganya dia mencium suaminya sendiri. saat dengan tiba-tiba suaminya juga malah membalas ciumannya.

Gila!!

Bahkan tidak pernah sedikitpun hal senekat itu bisa dilakukannya. Tapi tadi benar-benar refleks, semata-mata Hye Ji melakukannya hanya—

Hanya ingin membuat lelaki itu  yakin, sementara hanya itu yang bisa Hye Ji katakan, Hye Ji tidak tahu perasaan macam apa yang ia miliki sebenarnya, dirinya sendiri pun masih bingung, yang jelas keinginan Hye Ji begitu kuat untuk bisa merubah semua kebiasaan buruk lelaki itu.

Proses, semua akan berjalan dengan perlahan-lahan dan membutuhkan waktu. Hye Ji mempercayai itu, Hye Ji sudah berjanji pada dirinya sendiri dan juga Seunghwan, kalau dia akan bisa merubah dan membawa kembali Kyu Hyun yang dulu. Kyu Hyun yang memiliki hati yang hangat dan bersikap ramah.

Flasback

“Aku sudah mendengarnya dari orang kepercayaanku, kalau kau—“Hye Ji terlihat gusar, jadi lelaki itu sudah tahu kalau Hye Ji berniat menjual tubuhnya untuk dimilikinya, dan betapa Hye Ji cukup menyesal akan keputusannya, lelaki itu terlihat seperti seorang ayah untuknya, ya bagaimana kalau lelaki itu ternyata malah menerima tawarannya dan menikahinya.

“Tuan, aku..aku”

“Aku akan menikahkanmu dengan putraku, ku rasa kau akan cocok dengannya”Deg, jantungnya seakan berdetak begitu cepat. Putranya? Apa Hye Ji tidak benar-benar akan menikah dengan lelaki di depannya, syukurlah. Tapi Hye Ji akan dinikahkan dengan putranya.

“Aku akan memberikan separuh kekayaanku untukmu, dan soal biaya hidup sekaligus kuliah, aku akan menangggungnya—“Hye Ji tidak tahu harus berekspresi seperti apa, dia sangat malu, harga dirinya begitu murah, bahkan jika saja lelaki itu mau menikahinya, namun sepertinya lelaki itu cukup baik. Hye Ji cukup bersyukur, setidaknya Hye Ji tidak perlu bekerja terlalu keras. Air matanya tanpa terasa menetes, hatinya cukup perih menerima kenyataan kalau hidupnya begitu menyedihkan.

Hye Ji menatap dirinya di pantulan cermin itu, berpikir apa benar dia bisa membuat Kyu Hyun menjadi Kyu Hyun yang diinginkan Cho Seunghwan? apa Hye Ji benar-benar bisa merubahnya? Hye Ji merasa kalau dirinya begitu matre, dengan jaminan sekolah dan juga biaya kehidupannya di tanggung oleh tuan Cho dan juga Hye Ji harus bisa setidaknya membuat lelaki itu jatuh cinta padanya, dan Hye Ji hanya harus menaklukan Cho Kyu Hyun.

“Aku benar-benar sudah gila—“

“Aku tidak mengerti tapi kenapa seolah-olah aku menginginkannya”Hye Ji masih menatap pantulan dirinya di cermin itu. Bisa gila kalau dia lama-lama seperti ini, Hye Ji memutuskan untuk mengambil handuknya dan memilih untuk berada di dalam kamar mandi selama beberapa menit, rasanya berendam akan membuatnya segar, entah itu pikiran maupun hatinya.

***

“Kau sudah gila? Maksudku kau memilih untuk mabuk hanya karena istrimu telah menciumu… haha, hey lihatlah apakah ini Kyu Hyun kami yang cassanova itu?”Hyuk Jae tertawa, menggoda Kyu Hyun yang saat ini memilih untuk menenggak habis alkohol yang ada di depannya, sepuluh botol minuman itu telah habis oleh lelaki yang saat ini terlihat kebingungan, entahlah. yang jelas Hyuk Jae merasa Kyu Hyun begitu lucu saat ini—

“Kau tidak pernah tahu apa yang ku alami—“Keluh Kyu Hyun. Dia sangat frustasi, tak tahu apa yang dirasakan hatinya sendiri, saat bibir itu menempel begitu erat, dan beberapa detik berikutnya Kyu Hyun membalas ciuman itu sampai beberapa menit mereka terlihat bergumul dan menikmatinya tapi—

“Aku..aku tidak tahu apa yang kurasakan, aku sedikit bingung”

“Aku tidak tahu harus mengatakan apa saat nanti kami bertemu”

“Cinta, Aku mengira kau telah jatuh cinta padanya”Ucapan enteng Hyuk Jae membuat Kyu Hyun terlonjak kaget. Benarkah itu? Benarkah jika Kyu Hyun mulai mempunyai perasaan untuk gadis itu? Tapi apa mungkin, bahkan Hye Ji tidak sedikit pun menyerupai tipe wanita yang diinginkannya.

“Tidak, aku tidak mungkin jatuh cinta padanya—“

“Hei itu kan menurutmu, tanyakan pada hatimu apa yang sebenarnya kau rasakan”

“Hei cantik”

“Kyu maaf karena harus meninggalkanmu”Kyu Hyun hanya mengangguk saat Hyuk Jae tengah membawa seorang wanita di gendongannya. Lelaki itu telah menaiki tangga dan menuju ke ruangan yang sudah disiapkan club ini. Senyum tersungging di bibirnya, benar-benar. Lelaki itu sama sekali tidak berubah, cassanova dan persis seperti Kyu Hyun yan dulu.

Kyu Hyun yang dulu? Bukankah beberapa hari kemarin dia baru saja mengunjungi club ini dan bersama Stela, lupakan. Saat itu Kyu Hyun hanya sedang membutuhkan sedikit ‘hiburan’dan Kyu Hyun bersumpah, tidak akan pernah terjadi lagi. Hari itu adalah hari terakhir untuknya melakukan perbuatan itu, entahlah apa yang di rasakannya, yang jelas saat ini Kyu Hyun hanya merasa tidak tertarik dengan wanita-wanita penggoda itu. Ada apa ini? Apakah karena ciuman itu? Atau—

“Kyu?”Stela menangkap sekilas seseorang tengah membelakanginya dengan meneguk minuman yang di yakininya adalah minuman keras. Lelaki itu tampaknya sangat menikmati minuman itu, Stela menahan nafasnya dengan masih menatap lelaki itu yang tidak sedikit pun berusaha melihatnya.

“Ayo sayang—“Sebelah tangannya mengelap air mata yang keluar dari kedua matanya, tangan itu membawanya dan memaksanya untuk melihat ke depan, tanpa melihat seorang lelaki yang dia cintai, kenapa rasanya sakit sekali? Saat laki-laki itu bahkan sepertinya tidak merindukannya

“Tunggu, aku ingin—“

“Ayolah, aku tidah tahan lagi sayang”Stela harus menahan hatinya yang sangat ingin segera berlari dan memeluk tubuh itu, rasa rindu ini begitu menyiksanya, Kyu Hyun. Apakah dia merasakan hal yang sama seperti Stela?

“Ayo”Akhirnya Stela membiarkan lelaki itu menggandengnya mesra, membawanya menaiki tangga dan menuju kamar nya. Hatinya menangis, batinnya menjerit. Stela tidak ingin melakukannya tapi bagaimanapun inilah profesi nya, hanya ini yang bisa Stela lakukan untuk menyambung kehidupannya. Seberapapun Stela mengingkari pekerjaan kotornya, tetap pekerjaan ini yang selama ini membuat hidupnya berkecukupan.

***

Cho Kyu Hyun memandang kamar bernomor 312 itu. Masih ragu antara memegang handle pintu, membukanya dan masuk ke dalam kamar itu. Di dalam sana pasti Hye Ji berada, dan rasanya Kyu Hyun belum bisa melihat dan berhadapan dengan gadis itu, kejadian beberapa jam yang lalu masih teringat jelas dikepalanya.

“Masuk…..tidak….masuk..tidak—“Hatinya seolah-olah meragu, membuatnya bingung kemudian Kyu Hyun memilih untuk menyandarkan tubuhnya di sisi kamarnya, sebelah tangannya mengurut kepalanya. Rasanya sedikit pusing untuknya. Kenapa dia bisa semalu itu? Itulah pertanyaannya, dan kenapa Kyu Hyun seolah enggan bertemu dengan gadis itu? Dan bukankah mereka sudah menikah?

Kyu Hyun memilih untuk melangkahkan kaki nya ke dalam sana. Berjalan sedikit pelan saat menuju ranjangnya, Kyu Hyun merasa lega karena sepertinya gadis itu sedang terlelap di ranjangnya, dan kabar baiknya kyu Hyun tidak perlu bertatapan wajah dengannya. Syukurlah. Kyu Hyun sangat senang

“Kau.. pulang—“Kyu Hyun mengangguk, hatinya berdebar saat senyum gadis itu terlihat tersungging di bibirnya. Ada apa dengan hatinya? Kenapa hanya dengan melihat senyum itu membuatnya salah tingkah, ayolah Kyu Hyun kenapa dia jadi seperti ini?

“Kau mabuk?”Hye Ji sudah berada di hadapannya. Nafasnya terdengar begitu jelas di wajahnya, gadis itu berada dekat dengannya, Kyu Hyun hanya diam saat tangan gadis itu berada di keningnya

“Abojji tadi telpon—“

“Dan…”Hye Ji tak mampu mengatakan kalimat selanjutnya, rasanya sedikit aneh karena lelaki itu terus saja menatapnya tanpa berkedip sedikit pun. Panas, bahkan lelaki itu sedikit demam. Haruskan Hye Ji mengatakan apa yang Seunghwa bicarakan padanya tadi—

“Cucu… Abojji meminta seorang cucu..haha”Wajahnya sudah bersemu merah. Sedikit malu karena harus mengatakannya, Kyu Hyun masih menatapnya, mengunci dengan tatapannya, membuat Hye Ji tak berkutik, perlahan senyuman itu tergantikan dengan raut wajahnya yang menegang. Menunggu sampai dimana lelaki itu akan melepaskannya.

“Ayo..”Hye Ji terlihat sedikit terkejut karena kedua tangannya sudah di cengkram suamianya. Dengan kekuatan yang tersisa di tubuhnya, Hye Ji mencoba menahannya dan perlahan melepaskan cengkraman itu

“Bukankah kau bilang tadi Abojji meminta cucu, jadi ayo lakukan—“

“Kau gila? Aku tidak sedang bercanda Cho Kyu Hyun”

“Kau pikir aku bercanda?!”Hye Ji menatapnya tak percaya, walau pelan saat lelaki itu mengatakannya tapi ucapan itu begitu terdengar di telinganya.

“Kyu, Aku tidak yakin tapi apakah kau mulai menyukaiku?”Tanya Hye Ji sedikit pelan. Rasanya dia tidak bisa membedakan apakah Kyu Hyun benar-benar sudah menyukainya atau belum. Lelaki itu masih saja berekspresi sama padanya, dingin. Namun ada hal yang berbeda, Hye Ji seolah merasakannya. Perlahan lelaki itu mulai sedikit baik padanya—

“Atau kau sedang mengujiku?”

“Aku tidak tahu, tapi kenapa hatiku seolah menghangat setiap mata itu menatapku dan bibir itu begitu manis saat tersenyum, mungkinkah?—“

“Aku tahu kau mabuk Kyu”

“Sebaiknya kau istirahat, aku akan membuatkanmu sesuatu”Hye Ji memilih untuk meninggalkan lelaki itu sendirian di kamarnya. Rasanya tidak nyaman kalau harus berlama-lama dengan Kyu Hyun, ucapannya sedikit melontar dan Hye Ji, dengan jelas dia mendengar kalau lelaki itu mengajaknya untuk membuat cucu untuk Seunghwan.

Sungguh tak terbayangkan, dan pasti karena lelaki itu mabuk. Makanya dia sedikit ngaco. Hye Ji memilih untuk berjalan keluar meninggalkan kamar mereka. Memesan sesuatu pada petugas hotel, rasanya Hye Ji cukup puas karena akhirnya bisa keluar tanpa bantuan lelaki itu. Sambil menunggu pesanannya datang, Hye Ji memilih untuk duduk di kursi lobi hotel itu.

“Hye Ji-ssi”Hye Ji cukup kaget karena tiba-tiba ada seseorang yang memanggilnya. Hye Ji menggigit jari-jari tangannya saat dihadapannya berdiri seorang lelaki yang begitu di kenalnya. Kim Myungsoo.

“Kau disini?”Tanya Myungsoo dengan senyumnya. Sebelah tangannya terbuka lebar, untuk beberapa saat Hye Ji hanya terdiam dengan tatapan mata nya yang kosong, entahlah. Dia sedikit ragu untuk bersikap seperti apa pada lelaki dihadapannya. Kim Myungsoo adalah mantannya dan bahkan setahun yang lalu keduanya berniat untuk serius dan melangkah ke jenjang pernikahan.

“Aku sedang honeymoon dengan suamiku…”Hye Ji seolah menegaskan keberadaannya di jezu ini. Myungsoo tersenyum dan kembali menarik sebelah tangannya yang terulur, sepertinya Hye Ji sedang mencoba memberitahunya kalau dia sekarang suah dimiliki oleh orang lain.

“Kau menikah? Aku sedikit terkejut, tapi Selamat Han Hye Ji—“

“Semoga pernikahan kalian langgeng”Sedikit tak rela mengucapkannya. Hye Ji tersenyum canggung di depannya. Myungsoo terlihat tidak tahu lagi apa yang dikatakannya. Rasanya sedikit kecewa mendengar Hye Ji sudah menikah, tapi bagaimanapun Myungsoo tidak boleh egois, setidaknya biarkan gadis di depannya bahagia walaupun bukan dengan dirinya.

“Kau disini?..”Tanya Hye Ji. Myungsoo mengangguk

“Aku sedang ada perjalanan bisnis. Bisakah kita duduk sambil menyesap kopi?”Hye Ji terlihat menimbang-nimbang saat lelaki itu mengajakanya mengobrol. Hye Ji menduga kalau bukan hanya obrolan ringan yang akan mereka perbincangkan tapi sebuah obrolan yang akan merujuk ke arah permusuhan. Tentunya Hye Ji tidak akan begitu saja melupakan kalau dulu Myungsoo tiba-tiba saja lari darinya. Hye Ji hanya ingin tahu apa alasannya, dan sekarang bahkan Hye Ji masih ingin tahu. Tapi—Hye Ji tidak bisa melakukannya. Suaminya, Hye Ji tidak ingin menghianati suaminya.

“Aku harus ke kamarku, suamiku sedang menungguku—“

“Maaf”Hanya itu yang bia Hye Ji katakan. Myungsoo sedikit kecewa karena Hye Ji menolak ajakannya, bagaimana pun Hye Ji sudah menikah, dan Myungsoo tidak bisa memaksakan kehendaknya

“Baiklah, tapi Hye Ji—“Ucapnya mengantung

“Ada sesuatu yang ingin aku katakan, besok siang di lobi ini”Hye Ji meninggalkannya tanpa sedikit pun memberikan jawabannya. Myungsoo harus menelan kekecewaannya, melihat gadis yang begitu rindukan selama ini berjalan bahkan tanpa menoleh sedikitpun padanya. Apakah semenyedihkan ini untuk dirinya? meminta kembali waktu untuk berhenti di saat satu tahun yang lalu, saat kebersamaannya dengan Han Hye Ji. Myungsoo menyunggikan senyumnya, dan memilih untuk mendudukan dirinya di tempat bekas Hye Ji tadi duduk. Bahkan jika gadis itu sudah bersuami pun, Myungsoo tidak berani untuk tak berhenti mencintainya walaupun untuk beberapa saat saja.. hatinya masih dimiliki gadis itu, dan rasanya hanya Hye Ji yang mampu membuatnya bahagia.

Perlahan kaki itu terlihat melangkah ke depan kamarnya. Hye Ji masih berdiri disana dengan wajahnya yang nampak sangat kebingungan. Hye Ji tidak tahu apa yang akan dilakukannya, dengan jelas tadi Hye Ji mendengar kalau Myungsoo memintanya untuk bertemu dan membicarakan sesuatu padanya. Hye Ji tidak bisa menenangkan dirinya walau sebentar, nyata nya seseorang di masa lalu nya begitu saja muncul dihadapannya.

Dengan lancangnya orang itu tiba-tiba menyapanya, tiba-tiba tersenyum padanya dan tiba-tiba seperti mengingatkan akan luka lama yang masih terasa begitu nyata di hatinya. Hye Ji masih ingat dengan jelas, saat dimana ia berusaha memperjuangkan cintanya, namun lelaki itu malah memilih meninggalkannya tanpa satu patah katapun dari mulutnya. Pantaskah Hye Ji memberikannya kesempatan untuk Myungsoo?ah tidak, bahkan Hye Ji tidak berani untuk menatapnya tadi, Hye Ji masih sakit hati dengan segala tingkah laku lelaki itu padanya.

Pertemuan. Bisakah mereka kembali bertemu tanpa ada ucapan apapun. Sungguh Hye Ji tidak ingin untuk sekedar melihat wajah itu, wajah yang beberapa bulan ini coba untuk dilupakannya.

Hye Ji memilih untuk membuang nafasnya kasar, memencet password dan suara pintu kamar itu terbuka. Hye Ji segera menuju dapur, mengambil piring dan menata makanan itu. Merapihkannya di atas meja kecil yang ada di dalam kamar mereka. Ngomong-ngomong Hye Ji belum melihat dimana suaminya?

Terdengar suara shower dari dalam kamar mandi. Hye Ji hanya mengangguk dan duduk dihadapan makanan itu, menunggu sampai suaminya benar-benar keluar dan menikmati makanan itu bersamanya.

“Aku tidak tahu apa makanan kesukaanmu, jadi aku membelikan jangjjamyun”Kyu Hyun tanpa banyak bicara segera mengambil baju nya dan memakainya dengan cepat. Hye Ji memejamkan matanya saat tanpa malu lelaki itu membuka handuknya dan memakai pakaiannya. Sedikit gugup, karena Hye Ji belum pernah berada di kamar ini saat suaminya sudah selesai mandi seperti ini, kalau tahu akan seperti ini, mungkin Hye Ji akan berlama-lama di luar, sampai lelaki itu benar-benar selesai dengan membersihkan tubuhnya.

“Aku sudah selesai, kau bisa membuka matamu..”Hye Ji sedikit gugup. Suaminya sudah selesai, terduduk di depannya. Sungguh aroma sampo bercampur sabun yang menguar dari tubuhnya, di tambah dengan  wangi Cologne yang segar menggelitik hidungnya. Kyu Hyun begitu wangi dan terlihat tampan dengan kaos sederhana nya. Tanpa sadar Hye Ji tersenyum, menatap suaminya yang begitu tampan dimatanya,

“Aku menyukainya, jangjjamyun adalah makanan kesukaanku”Kyu Hyun mengambil semangkuk jangjjamyun hitam, dengan cepat tangannya sudah berhasil membuka kemasan jangjjamyun, merobek bumbunya dan menuangkannya di mangkuknya. Tanpa sadar sekali lagi senyum itu tersungging di bibirnya, Hye Ji senang karena suaminya menyukai makanan yang dia beli. Rasanya tidak sia-sia sedikit lama menunggu petugas hotel memberikan pesanannya. Lelaki itu begitu menyukai jangjjamyun dan hal itu akan diingatnya mulai dari sekarang.

“Kyu—“

“Hm”

“Sampai kapan kita disini?”Kyu Hyun menghentikan suapannya. Menatap Hye Ji sekilas dan dia sendiri pun bingung. Sampai kapan mereka akan berada disini, di pulai Jezu. Ini sudah hari ketiga dimana Kyu Hyun dan Hye Ji tinggal, dan sama sekali Kyu Hyun tidak tahu kapan rencananya untuk kembali ke Seoul. Rasanya masih sedikit nyaman untuknya tinggal di Jezu, selain karena pemandangannya yang sangat bagus, juga Kyu Hyun tidak harus bertemu dengan ayahnya disini.

“Aku sudah sangat ingin ke kampus, mereka bilang akan  dimulai untuk pembelajaran”Hye Ji sedikit kecewa saat salah satu temannya mengatakan kalau pembelajaran tahun angkatannya akan segera dimulai. Jujur saja Hye Ji sedikit tidak senang karena Kyu Hyun memilih untuk honeymoon di jezu, meninggalkan begitu saja kampusnya saat semua teman-temannya sedang di ospek, dan kalau bukan karena Seunghwan meminta langsung pada dekan kampusnya. Sudah pasti Hye Ji akan dikeluarkan karena tidak mengikuti ospek.

“Ku mohon Kyu, aku sangat ingin kuliah di kampus itu”Mata itu, mata itu mengatakan kalau dia bersungguh-sungguh. Kyu Hyun tidak tega melihatnya, bagaimana pun sepertinya Hye Ji begitu menginginkannya. Tanpa disadarinya kepalanya mengangguk

“Besok. Kita pulang besok”Hye Ji tersenyum senang. Menyimpan sumpit yang dipegangnya dan berhambur ke pelukan suaminya dengan cepat.

“Ah maaf, aku hanya senang”Hye Ji cukup gugup. Dengan cepat Hye Ji menegakan tubuhnya dan melepas pelukan itu. Rasanya sangat senang karena dia bisa segera ke kampusnya dan belajar disana. Hye Ji tidak sabar untuk menantikan segudang tugas yang akan menantinya nanti.

***

Tanpa terasa sebuah lirik lagu tiba-tiba keluar dari mulutnya. Dengan senang Hye Ji menyanyikan lagu kesukaannya.

Saranghae Sunday Monday tto Sunday Monday everyday

Haru tto haru maeil mannado bujokhae

Iroeke Sunday Monday eonjena neowa everyday

Shigani da memchum deushi anajulle

A-pink-Sunday Monday

Bibirnya membentuk sebuah garis lengkungan yang sangat indah. Sedikit fals tapi rasanya bahagia bisa mendengar gadis itu bernanyi. Tak biasanya, tapi Kyu Hyun tahu kalau Hye Ji sedang bahagia.

Kyu Hyun memilih untuk membereskan barangnya sendiri tanpa mau mengganggu Hye Ji yang sedang asyik bernyanyi. Beberapa baju dan keperluan lainnya sudah dimasukannya ke dalam koper. Kyu Hyun hanya akan sedikit beristirahat menunggu beberapa jam lagi untuk ke bandara dan meakhiri honeymoon nya bersama Hye Ji.

“Astaga. Kenapa mengagetkanku”Hye Ji menatap ponselnya yang sejak tadi bergetar terus menerus. Sebuah nomor yang tak dikenalnya tertera disana. Hye Ji mengecek panggilan yang tak terjawab, sekitar 5 kali dan ada dua buah pesan disana. Hye Ji membukannya dan betapa kagetnya karena semua itu ternyata Myungsoo yang melakukannya. Hye Ji begitu kaget karena dia mengatakan akan menunggu sampai Hye Ji mau menemuinya di tempat yang sudah di janjikannya kemarin, sial. Bahkan Hye Ji melupakan kalau Myungsoo kemarin sudah bilang kalau dia akan menunggunya di lobi hotel ini

Dengan kecepatannya larinya. Beberapa menit saja Hye Ji sudah berada di lobi itu. Meninggalkan koper dan juga suaminya yang nampak tertidur. Urusannya harus segera selesai, Hye Ji harus menyelesaikan urusannya dengan Myungsoo hari ini. Matanya menatap ke sekililing, tapi tidak ada tanda-tanda keberadaan lelaki itu. Sebenarnya dimana dia? Apakah dia sedang mempermainkannya? Atau malah dengan sengaja membuat Hye Ji untuk menunggu—

“Aku menunggumu sejak tadi Hye ji-ya”Hye Ji mengepalkan kedua tangannya saat terdengar suara Myungsoo. Hye Ji harus mempercepatnya, karena selain pesawatnya akan lepas landas beberapa jam lagi. Hye Ji juga ingin agar lelaki itu tidak terus menghantui hidupnya, Hye Ji ingin agar Myungsoo cepat meninggalkannya

“Kau mau?”Tawarnya. dengan menyodorkan segelas kopi ke arahnya, Hye Ji menggeleng, membuat Myungsoo tersenyum. Sebegitukah Hye Ji menginginkan agar Myungsoo cepat-cepat meninggalkannya?

Moccachino. Apa kau tidak mau? Ini adalah kopi kesukaanmu”Hye Ji tetap menggeleng

“Mulai sekarang, aku tidak akan menyukainya—“

“Myungsoo-ssi bisakah kita langsung saja”Myungsoo menyesap kedua gelas kopi itu bergantian. Awalnya karena Myungsoo sedikit kesal menunggu Hye Ji yang tak kunjung datang, maka dia memilih untuk memesan kopi rasa moccachino kesukaan Hye Ji. Tapi sepertinya gadis itu benar-benar telah membencinya. Bahkan dia tidak mau untuk meminumnya.

“Aku akan beri waktu beberapa menit saja”

“Apa yang ingin kau katakan”

“Hye Ji-ya…”

“Aku akan kembali ke kamarku, suami—“Tubuhnya menegang saat dengan tiba-tiba lelaki itu membawa ke pelukannya. Hye Ji berusaha berontak, namun Myungsoo bukannya melepaskannya, malah semakin menekan tubuhnya, memeluknya erat.

“Apa yang kau lakukan? Aku—“

“Beberapa menit saja. Ku mohon, aku merindukanmu Hye Ji”

“Brengsek, Aku membencimu—“Kedua tangannya mencoba memukul-mukul kecil pundak yang sedang memeluknya erat, air matanya keluar dari kedua matanya. Hatinya sakit, luka itu kembali terbuka dan semakin lebar saat laki-laki itu seolah sedang mengejarnya kembali. Bisakah dia menghilang saja dari kehidupan Hye Ji? walau begitu tak dipungkiri ada setitik bagian dari tubuhnya yang sangat merindukan Myungsoo.

“Kau meninggalkanku, dan AKU BEGITU MEMBENCIMU!!!!!”Tangisnya pecah, tubuhnya seakan melemas begitu saja. Tubuh Hye Ji tanpa sadar merosot dan Myungsoo semakin mengetatkan pelukannya, membawa perlahan ke kursi di lobi itu. Hye Ji masih belum bisa mengontrol emosinya sekarang, dia masih cukup sakit hati untuk melupakan segalanya yang terjadi dihidupnya selama ini.

“Maaf—“Sepenggal kalimat yang hanya bisa ucapkan saat ini. Myungsoo tidak tahu lagi harus mengatakan apa, yang jelas dia benar-benar minta maaf dari lubuk hatinya, dulu, dia begitu brengsek telah meninggalkan gadis sebaik Hye Ji tanpa ada satu pun kata yang terucap dari bibirnya. Myungsoo ingin memperbaiki kesalahan di masa lalu, dan karena itu selama beberapa bulan ini Myungsoo mencoba untuk mencari tahu keberadaan Hye Ji. Dan betapa kagetnya saat di Jezu, dengan matanya sendiri Hye Ji terlihat baik-baik saja dan gadis itu juga bahagia. Myungsoo senang melihatnya seperti itu, tapi. Myungsoo amat sangat menyayangkan jika gadis itu ternyata sudah memiliki suami.

“Aku akan menjelaskan semuanya”

“Hye Ji, sebenarnya aku—“

“Aku tidak ingin mendengar penjelasanmu”Hye Ji mencoba menguatkan hatinya, berdiri dan melangkahkan kaki nya

“Dengar, aku mohon. Aku tidak ingin menyesal yang kedua kalinya Hye Ji-ya“

“Aku…aku sebenarnya—“Myungsoo sedikit ragu untuk mengatakan yang sebenarnya pada Hye Ji. Haruskah ia katakan segalanya? Tentang alasan kepergiannya? Haruskah? Myungsoo tidak ada cara lain lagi untuk membuat Hye Ji tidak lagi membencinya. Sejujurnya juga Myungsoo melakukannya buka atas kemauannya sendiri. seandainya kalau Hye Ji tahu apa yang terjadi di hari itu.

“Perusahaan ayahku bangkrut..”Hye Ji membelalakan matanya tak percaya. Bangkrut? Jadi keluarga Myungsoo jatuh miskin? Selama ini? Apakah Myungsoo menganggap Hye Ji adalah gadis matrealistis yang hanya akan memikirkan uang saja. Meninggalkan pacarnya yang sedang kesusahan? Apakah selama ini Myungsoo beranggapan seperti itu, Myungsoo benar-benar tidak mengenal Hye Ji dengan baik.

“Hari itu aku pergi ke amerika, aku tidak mau, tapi ibu ku yang menyuruhku untuk kesana, Hye Ji—“Air mata itu sudah meluncur bebas dari kedua matanya, jatuh membasahi kedua pipinya. Myungsoo sangat tahu kalau Hye Ji begitu sakit mendengar tentang kenyataan yang sebenarnya terjadi. Tapi beginilah, kalau dulu Myungsoo memang meragukan kalau Hye Ji akan tetap disampingnya, sedangkan keluarganya jatuh miskin.

Sebuah tamparan itu melayang begitu saja. Mendarat di pipi kirinya, tangannya menyentuh pipi yang barusan Hye Ji tampar, memang sangat pantas bagi Myungsoo mendapatkan tamparan itu, dia adalah pengecut yang bahkan menganggap Hye Ji sama dengan gadis lainnya, yang tergiur oleh harta.

“Kau mengatakan, kalau kau sengaja menghindariku karena keluargamu jatuh miskin? Apa kau menganggapku seperti kebanyakan para gadis lainnya?”

“Yang hanya menginginkan hartamu? Apa kau MENGANGGAPKKKU WANITA SEPERTI ITU?.—“Myungsoo Menggeleng. Myungsoo telah salah menilai Hye Ji sebagai gadis mata duitan. Dan baru hari ini Myungsoo menyesal karena dulu telah berprasangka buruk tapi, Myungsoo juga punya rencana lain di balik kepergiannya ke amerika. Hye Ji perlu mengetahuinya, meskipun sudah terlambat, tapi setidaknya Myungsoo harus mengatakannya

“Aku minta maaf, aku telah meragukanmu dulu”

“Hye Ji. Sebenarnya sepulang dari amerika beberapa bulan lalu, aku berniat untuk bertemu denganmu dan aku akan melamar—“

“Jangan katakan kumohon, aku sudah bahagia sekarang”Hye Ji mencoba untuk bersikap lapang. Walau sebenarnya hatinya sedikit tersentuh. Namun bila melihat kebelakang, saat dimana lelaki itu meninggalkannya tanpa sebab, Hye adalah pihak yang paling menderita disini, bahkan dia berhari-hari mengurung diri di kamarnya dan hatinya sangat sakit karena orang yang begitu dicintainya meninggalkannya tanpa perkataan apapun.

“Hye Ji—“

“Aku memaafkanmu, dan kumohon pergilah dari kehidupanku, karena aku sudah memiliki kehidupan lain bersama—“

“Aku mencintaimu”Hye Ji seketika membatu. Saat kata-kata itu keluar dan terdengar seperti sebuah syair yang sangat indah, mengalun di telinganya, bernyanyi dan masuk ke relung hatinya. Sungguh, bila beberapa bulan yang lalu Hye Ji mendengarnya. Maka Hye Ji akan sangat senang dan langsung menghambur ke pelukan lelaki itu. Tapi sekarang, rasanya kata ‘aku mencintaimu’ bukanlah sesuatu yang sangat special untuknya.

Hye Ji sepenuhnya telah melupakan lelaki itu, walau masih ada sedikit namanya di hatinya, tapi Hye Ji tidak akan memilih untuk kembali padanya. Sudah cukup untuknya selama ini menunggu seseorang yang bahkan tak kunjung datang, sudah cukup untuknya selama ini menunggu orang itu akan kembali padanya. Nyatanya Hye Ji hanya manusia biasa yang tak bisa menggantungkan kehidupannya pada orang yang sama sekali seolah tidak membutuhkannya. Untuk apa orang macam itu, yang pergi meninggalkannya tanpa sebab, dan kembali ketika kehidupannya mulai membaik. Hye Ji sudah menemukan seseorang yang akan membahagiakannya suatu saat, Suaminya, Cho Kyu Hyun.

“Maaf, karena harus mengatakan ini”

“Jika dulu aku begitu mencitaimu, maka saat ini—“Hye Ji melepaskan pelukan itu, menatap lelaki yang berada dihadapannya. Sorot matanya masih sama, masih mencintainya seperti dulu, tapi maaf, Hye Ji tidak akan goyah. Hye Ji akan tetap berpegang teguh pada pendiriannya.

“Kau masih tetap mencintaiku Hye Ji-ya”

“Lebih tepatnya pernah mencintaimu. Oppa aku akan selalu mengingatmu, berbahagialah…”Dengan kekuatan penuhnya, Hye Ji segera berlari dengan kencang dari lobi itu. Tak dihiraukannya beberapa orang yang menatapnya. Hye Ji tidak bisa membendung segala penderitaan yang coba di pendamnya selama ini. Air mata itu kembali menumpahi bajunya, Hye Ji terisak disana, hatinya sakit mengatakan itu tadi. Sebenarnya Hye Ji juga tidak tega untuk melakukannya. Tapi mungkin inilah yang terbaik untuk mereka, kalau nyatanya Myungsoo dan Hye Ji tidak ditakdirkan untuk bersama.

Flasback

“Selamat ulang tahun oppa”Hye Ji memberikan sebuah kue ulang tahun yang sengaja di masaknya sendiri. dengan senyuman dan kebahagiaan melihat bagaimana kekasihnya menua malam ini. Hye Ji sudah menyiapkan segalanya, kejutan dan pesta kecil untuk kekasihnya. Akhirnya Hye Ji berhasil, membuat Myungsoo tersenyum senang akan hadiah yang diberikannya.

“Make a wish please…”Myungsoo terlihat memejamkan kedua matanya. Hye Ji tersenyum dan berharap dalam hatinya agar kekasihnya selalu diberikan yang terbaik dalam hidupnya. Terutama hubungan mereka yang terjalin baru beberapa bulan saja. Semoga hubungan mereka tetap langgeng sampai nantinya naik ke pelaminan.

“Sekarang potong kue nya, aku menantikan suapan pertamamu….”Myungsoo mengangguk. Mengambil pisau kecil dan segera memotong kue tart itu. Hye Ji melebarkan mulutnya saat suapan kecil itu akan memasuki bibirnya.

“Hye Ji—“

“Mari kita akhiri semuanya—“Hye Ji tercekat, menatap tak percaya apa yang dikatakan kekasihnya. Akhiri semuanya? Setelah mereka berdua melewati berbagai rintangan, dan terlebih baru saja Hye Ji merayakan ulang tahunnya. Sebegitu gampangkah untuk mengatakan akhiri semuanya. Untuk beberapa saat Hye Ji memilih untuk diam, menundukan kepalanya tanpa mau menatap lelaki itu.

“Aku hanya bercanda. Hye Ji coba lihat disana”Hye Ji menegakan pandangannya, mengelap air matanya yang mulai turun, menatap tangan itu yang menunjuk ke atas sana, beberapa menit kemudian terlihat sebuah tulisan ‘Saranghae’ Hye Ji tidak bisa mengatakan apapun, ini adalah kejutan besar menurutnya, yang tak bisa dilupakan seumur hidupnya. Hye Ji tidak menyangka kalau Myungsoo ternyata hanya bercanda mengajaknya putus, dana beberapa menit kemudian ada sebuah tulisan cantik di atas sana ‘Saranghae’

“Kau berjanji kan?”

“Kau tidak akan pernah meninggalkanku oppa?”Myungsoo mengangguk. Hye Ji tersenyum, memilih untuk memeluk tubuh kekasihnya. Malam ini adalah malam yang tidak akan dilupakannya. Myungsoo adalah lelaki satu-satunya yang ia miliki. Lelaki satu-satunya yang sangat ia cintai. Sampai kapanpun Hye Ji tidak akan sanggup untuk kehilangannya.

Kenangan manis itu masih tergambar di benaknya. Dulu Hye Ji begitu senang dengan semua kejutan yang Myungsoo berikan padanya, Hye Ji meneteskan kembali air matanya saat dia ingat, ternyata itulah kenangan manis mereka yang terakhir sebelum Myungsoo pergi meninggalkannya tanpa kabar apapun.

Beberapa minggu setelah pesta ulang tahun kekasihnya. Hye Ji harus gelisah, karena lelaki itu sama sekali tidak pernah menghubunginya maupun mengiriminya pesan. Hye Ji harus menahan rasa rindunya selama berhari-hari bahkan sampai setengah bulan. Hye Ji merasa menjadi gadis hars sedikit menahan gengsi untuk tidak mengabari duluan, namun ini sudah setengah bulan. Hye Ji memilih untuk ke rumahnya. Memastika jika lelaki itu hidup baik selama ini

“Maaf nona, beberapa hari yang lalu tuan telah berangkan ke amerika…”Ucap salah satu pelayan di rumah Myungsoo. Hye Ji sedikit kaget, pantas saja selama ini dia merasakan sedikit aneh, andai saja Hye Ji datang lebih awal, pasti Hye Ji masih bisa melihatnya, anda saja Hye Ji datang lebih awal, pasti Hye Ji akan senang, setidaknya ia bisa memastikan bagaimana kabar lelaki itu. ‘Seandainya’ adalah kata yang diucap ketika telah melakukan yang di kira salah, jadi untuk apa. Hye Ji hanya bisa berdiri di pagar depan rumah Myungsoo, menatap kosong ke dalam rumah itu dari sana

“Bahkan aku tidak bisa melihatmu selama setengah bulan ini…”Selama beberapa menit Hye Ji masih berdiri disana. Dengan linangan air matanya. Hye Ji tidak bisa bertemu bahkan untuk beberapa menit saja dengan kekasihnya, Hye Ji hanya ingin menanyakan apakah dia baik-baik saja? Apakah dia merindukannya? Karena sesungguhnya Hye Ji begitu merindukannya. Hye Ji terduduk lemah di bawah guyuran huja yang baru datang beberapa menit yang lalu, matanya menatap ke atas, ke langit yang sepertinya mulai berwarna hitam itu, di dalam hatinya Hye Ji menyebut dengan pilu, nama kekasihnya, Myungsoo. Dia begitu merindukannya. Sampai-sampai Hye Ji seolah tidak bisa bernafas dengan benar, oksigen nya telah pergi, dan tak tahu kapan dia akan menemuinya kembali. Lelaki itu bahkan tidak pernah mengiriminya pesan.

Apa ini yang namanya patah hati? Apakah selalu cinta pertama yang membuatmu kesakitan dan tak bisa melupakannya? Apakah itu kesan untuk cinta pertama? Hye Ji bahkan tidak tahu lagi untuk keberapa kali ia mengeluarkan air matanya. Hye Ji terduduk di taman belakang hotel itu, rasanya hidupnya kembali kacau, Hye Ji bahkan tidak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang ini.

“Aku mencarimu kemana-mana—“Hye Ji buru-buru mengelap air matanya. Menegakan tubuhnya, tersenyum canggung pada orang di hadapannya

“Aku tadi… menemui temanku”Hye Ji berbohong

“Sebaiknya kita harus cepat berangkat kalau tidak mau tertinggal pesawat”Hye Ji hampir melupakan kalau sore ini dia dan Kyu Hyun akan terbang ke Seoul. Untung saja Kyu Hyun mencarinya, kalau tidak, Hye Ji sudah pasti akan di jezu beberapa hari lagi.

***

“Aku akan membuatkan makan malam, kau duduk saja di meja makan”Hye Ji mulai mengambil bahan-bahan masakan yang akan di buatnya. Sedikit menyadari perubahan sikap istrinya, sedikit dingin dan juga tidak fokus, Kyu Hyun memilih untuk memperhatikan istrinya dari belakang, lebih tepatnya Kyu Hyun berdiri di belakang tubuh gadis itu

“Astaga, kau membuatku kaget—“Ucap Hye Ji yang akan mengambil teflon. Kyu Hyun masih berdiri di belakang tubuhnya tanpa suara. Sebenarnya mau apa lelalki itu?

“Aku akan membantumu”Hye Ji hampir saja membuang teflon itu saking terkejutnya. Apa membantu? Jangan bilang kalau Kyu Hyun akan membantunya untuk membuat dapurnya hancur berantakan, Hye Ji terkesiap saat tangan lelaki itu mulai mengambil alhi pekerjaannya. Membawa teflon dan menaruhnya di atas kompor yang sudah di nyalakannya

“Sekarang?”

“Sekarang?”Ulang Hye Ji. Apanya yang sekarang, Hye Ji sedikit bingung

“Maksudku, apa yang harus kulakukan sekarang?—“Hye Ji tersenyum mencemooh. Ternyata dia benar-benar lelaki yang siap membantunya untuk menghancurkan dapur dan masakannya. Bahkan lelaki itu tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika teflon yang sudah diletakan di atas kompor yang menyala. Hye Ji mengambil botol minyak goreng, kemudian melumuri teflon itu dengan minyak goreng.

“Biar aku yang memasak”Kyu Hyun mengangguk. Benar juga apa yang dikatakan gadis itu. Kyu Hyun hanya memperkeruh keadaan tanpa tahu apa yang harus dilakukannya. Kyu Hyun harus terkagum-kagum saat gadis itu mulai memasak sayuran dan beberapa daging yang sudah dia bersihkan sebelumnya. Bau wangi masakan itu tercium sampai dimana Kyu Hyun berada. Sedap, Hye Ji sangat pandai memasak. Tanpa disadarinya, Kyu Hyun mulai terbiasa dengan semua masakan Hye Ji.

“Nasi goreng daging, dan sayuran”piring berisikan masakan Hye Ji telah dilihatnya tepat di depannya. Tanpa mau menunggu lama, Kyu Hyun segera memindahkannya, tepat di dekatnya. Kyu Hyun mengambil sendok dan juga garpuh. Melahapnya dengan cepat, Hye Ji hanya tersenyum melihat bagaimana suaminya begitu menikmati masakannya. Hye Ji bersyukur karena selama ini Kyu Hyun tak pernah komplain semua yang di masaknya, dan selalu memakan habis setiap masakannya.

“Kuliah..?”Tanya Kyu Hyun masih dengan melahap masakan istrinya

“Tidak. Sepertinya salah informasi, ku dengar kampus masih libur untuk 2 hari ke depan..”Hye Ji sedikit tidak enak saat membicarakannya. Terutama soal honeymoon itu. Kalau Hye Ji tahu akan begini jadinya, maka Hye Ji tidak akan minta untuk pulang ke korea dengan cepat, tapi mungkin Hye Ji harus melihat sedikit lama wajah Myungsoo di Jezu. Hye Ji sedikit melamun, sendok dan garpuhnya di letakan tepat di atas piring itu.

“Aku benar-benar tidak tahu soal itu—“Hye Ji benar-benar menyesal. Ya karena rencana honeymoon itu sekitar seminggu, dan karena permintaannya dia dan Kyu Hyun harus pulang saat memasuki hari ke empat. Benar-benar sial, bahkan Hye Ji belum mengilingi pulau jezu. Apa boleh buat, semuanya sudah terjadi, dan Hye Ji hanya bisa menghembuskan nafasnya pelan.

“Aku minta maaf”Ucap Hye Ji

“Lupakan, aku bahkan tidak mengingatnya”Balas Kyu Hyun dingin dengan masih menikmati masakannya. Hye Ji terlihat merasa bersalah, walaupun lelaki itu tidak mengatakannya secara langsung. Tapi jelas kalau Kyu Hyun masih ingin berlama-lama di pulai Jezu

“Besok…adalah hari pertamaku di kantor”Hye Ji menatap tak percaya. Apa maksudnya? Apa Kyu Hyun mengatakan akan pergi bekerja di perusahaan ayahnya. Apakah Hye Ji tidak salah dengar, jika lelaki itu benar-benar akan bekerja disana? Oh ini adalah kabar yang membahagiakan.

“Kau terlihat begitu senang?”Ucapan itu sedikit sinis. Hye Ji mengangguk, tak bisa dipungkiri kalau Hye Ji sangat senang karena Kyu Hyun sudah mau bekerja disana.

“Terimakasih”

“Aku sangat senang mendengarnya”senyum itu sangat tulus, kyu Hyun bisa melihatnya dengan jelas, kalau Hye Ji benar-benar tersenyum tulus padanya. Kyu Hyun tidak tahu kenapa dengannya? Dia hanya berpikir semalaman. Bagaimana kalau dia mencoba untuk sedikit mengalah, dan bekerja di kantor appa nya. Tidak buruk juga, ini adalah pengalaman baginya yang pasti akan berguna suatu saat nanti, dan melihat bagaiman reaksi dari istrinya membuat bibirnya tertarik dan membuat sebuah garis melengkung. Kyu Hyun tersenyum begitu Hye Ji tersenyum padanya. Hatinya menghangat dan jantungnya berdetak dengan cukup keras. Apakah ini?

 

 

 

 

Satu pemikiran pada “Like A Star 2B

Tinggalkan komentar